Kabarsumbawa.com – Kisah isra’mi’raj merupakan peristiwa penting bagi Rasulullah Muhammad SAW. Kala itu, dalam waktu kurang dari semalam suntuk, Rasulullah berpindah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan menuju Sidratul Muntaha.
Dalam perjalanan Miraj ke langit ke tujuh untuk berjumpa dengan Allah SWT, nabi Muhammad SAW bertemu nabi-nabi terdahulunya, berbeda nabi di setiap lapisan langit.
Di antara yang beliau jumpai adalah Nabi Musa bin Imran saat di langit nomor enam. Ada yang aneh saat bertemu dengan Nabi Bani Israil itu, Musa bukan malah bahagia bisa berjumpa nabi terakhir di momen mi’raj itu, ia justru bersedih.
Rasul bertanya pada Nabi Musa, kenapa dirinya bersedih.
“Aku bersedih, karena ada orang yang lebih muda diutus setelahku, tapi umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku,” jawab Musa.
Nabi Musa bersedih saat tahu jumlah umatnya lebih sedikit daripada umat Nabi Muhammad SAW. Padahal, Nabi Musa tahu bahwa waktu yang diberikan padanya lebih banyak dari Muhammad SAW. Kisah tersebut tertulis dalam kitab Umdatul Qari.
“Musa menangis karena merasa sedih atas umatnya. Jumlahnya lebih sedikit dibanding umat Muhammad, dan keutamannya kalah dari Nabi Muhammad” (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam kitab Umdatul Qari).
Sikap Nabi Musa demikian bukanlah karena rasa iri (hasud) dengan Nabi Muhammad. Melainkan karena merasa menyesal. Mengapa dulu umatnya banyak melanggar perintah Allah, sehingga mempengaruhi derajat kedudukannya di sisi Tuhannya.
Ketaatan suatu umat merupakan prestasi seorang Nabi. Semakin tinggi tingkat ketaatannya, semakin tinggi pula derajat Nabi yang membimbingnya di sisi Allah. Sebaliknya, semakin umatnya sering melanggar perintah Allah, derajat Nabinya pun tidak setinggi Nabi yang berprestasi menuntun umat ke jalan ketaatan lebih gemilang.
Musa merasa sangat menyesal. Ia telah dikaruniai usia yang panjang melebihi usia Muhammad. Begitu pun umatnya lebih panjang usianya dibanding usia umat Muhammad. Tapi Musa gagal membina umatnya. Umatnya kalah banyak dibanding umat Muhammad. Sudah kalah banyak, kalah taat pula. Sesal Musa.