Dilematis Belajar Dari Rumah Di Tengah pandemi

Date:

oleh Tyas Ummu Amira

Berbagai kebijakan sudah dijalankan, hingga akhirnya keputusan new normal dikeluarkan. Di saat aktivitas masyarakat dan pusat keramaian mulai dibuka kembali berbeda dengan lembaga pendidikan.

Dunia pendidikan seakan harus mengalah, untuk tetap melakukan KBM secara online meskipun sudah new normal. Keluhan masyarakat serta para guru pun timbul, seakan menjadi kegaduhan antara orang tua dan pihak sekolah.

Dilansir dari laman Merdeka.com – Lebih dari dua bulan, proses belajar-mengajar di Indonesia dilakukan secara daring atau online dari rumah masing-masing. Kebijakan ini diambil dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19 yang tengah mewabah di Indonesia.

Proses belajar-mengajar tersebut ternyata berpengaruh pada pembelajaran itu sendiri. Mulai dari tempat, kondisi dan jaringan internet sebagai penghubungnya.

“Ini berpengaruh pada pembelajaran itu sendiri,” kata Analis Kebijakan Ahli Madya Ditjen PAUD Dikdasmen, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Suhadi dalam Dialog Publik YLKI secara virtual, Jakarta, Rabu, (20/5/2020).

Dari fakta diatas mengambarkan betapa kurang sigapnya pemangku kebijakan di negeri ini, dengan adanya masalah yang muncul di dunia pendidikan melakukan KBM secara online. Mulai dari ruang belajar dirumah yang kurang memadai, orang tua yang acuh terhadap tugas anak , terkendala teknis dan biaya jaringan internet.

Ketika negara belum siap sepenuhnya dalam menjamin fasilitas belajar mengajar di masa pandemi ini, maka akan timbul problem baru di tengah masyrakat. Dimana itu akan berimplikasi terhadap kecerdasan generasi penerus bangsa ini. Agar tercipta kondisi KBM secara online yang kondusif maka seharusnya dipastikan semua wilayah memiliki gadget dan sarana jaringan internet yang memadai.

Berbagai hambatan pun bermunculan, salah satunya di daerah 3T (Terluar,Tertinggal,Terbelakang). Daerah ini sangat minim sekali fasilitas pendidikan dan guru, sebab berdasarkan fakta dibawah ini.
Hasil survei OECD tahun 2020 menyatakan, Indonesia termasuk negara yang tidak punya tempat belajar yang memadai dengan persentase 63 persen. Kemudian ketersediaan akses untuk komputer dan jaringan internet juga berada di urutan terbawah dengan persentase 48 persen.

“Indonesia masih berada pada urutan terakhir dari survei OECD dari 78 negara yang disurvei,” kata Suhadi.(20/5/2020)

Semakin gamblang bahwa memang dunia pendidikan negeri ini peringkat terendah dan sangat miris.

Kenapa semua itu bisa terjadi, padahal negeri ini kaya SDA dan SDM ?

Memang benar kita hidup di negeri yang kaya sumber daya alamnya, akan tetapi semua beralih status kepemilikanya ke para investor asing. Semua aset – aset terbesar dan terpenting diambil alih dan dikuras hasilnya, rakyat kecil hanya sebagai buruh dan pecundang di negeri sendiri. Padahal jika semua aset SDA dikelolah negara secara mandiri tanpa intervensi asing, maka dapat menjamin kesejahteraan rakyatnya.

Inilah wajah rakusnya pemimpin yang paham kapitalis menjadi acuanya. Dimana ada uang di sana dia akan mengeruk keuntungan, entah halal ataupun haram. Asalkan bisa dimanfaatkan dan menjadi pemuas nafsu keserakahan.

Kaburnya arah laju pendidikan negeri ini, dilihat dari kurikulum yang ditetapkan inkonsisten. Setiap pergantian menteri pendidikan, kurikulum pun mengikuti kebijakan baru. Sehingga tak memiliki standart baku dan konsisten, sebab dengan bergantinya kurikulum maka, seperi halnya kelinci percobaan. Kurikulum yang diterapkan berdasarkan liberalisme dan kapitalisme, yang menjujung tinggi kebebasan berprilaku serta memisahkan agama dari kehidupan.

Alhasil generasi yang lahir adalah generasi yang apabila berada di daerah 3T, maka mereka semakin tertinggal dan terbelakang. Jika mereka tinggal di perkotaan mereka akan cepat dalam menerima informasi, sebab fasilitas dan akses internet terpenuhi dengan baik. Dari sini terlihat jelas terjadinya kesenjangan sosial yang begitu jauh, karena tidak meratanya fasilitas pendidikan.

Belum lagi output yang dilahirkan dari sistem pendidikan di era kapitalis ini, mencetak generasi yang hedonisme yang jauh dari nilai agama. Hidup yang mereka jalani hanya untuk having fun atau 4F, mereka hanyut dengan masuknya budaya asing. Meninggalkan norma sosial dan agama, perilakunya menimbulkan keresahan masyarakat. Mulai dari tawuran, narkoba, pesta miras, tindakan asusila dan masih banyak lagi. Seakan generasi yang lahir bukan untuk memajukan, tetapi semakin mengalami kemunduruan.

*Sistem Pendidikan dalam Islam*

Dalam sistem pendidikan Islam kurikulum yang ditetapkan bersifat baku dan konsisten. Berdasarkan pada rujukan yang shahih bersumber dari Al Quran dan As Sunnah. Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah saja, akan tetapi mengatur segala aktivitas kehidupan. Salah satunya dunia pendidikan, sistem pendidikan Islam terbagi menjadi 3 bagian yang dijadikan standartnya yaitu:

Pertama, membentuk generasi dengan pondasi akidah yang kokoh. Dengan keimanan yang sudah tertacap kuat, kemudian diringi dengan hukum syara’ sebagai rambu – rambunya, sehingga dalam segala aktivitasnya harus terikat denganya. Seiring dengan itu, membentuk kepribadian Islam yang terdiri dari 2 aspek yang fundanmental yaitu terdiri dari pola pikir dan pola sikapnya yang mencerminkan sebagai muslim yang sejati.

Kedua, mengusai ilmu keagaman atau tsqofah yang luas. Dengan mempelajari berbagai ilmu, seperti ilmu tafsir, hadist, bahasa arab, dan lain sebagainya. Untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang khazanah Islam.

Ketiga, mempelajari ilmu dunia seperti IPTEK. Agar bisa mengikuti perkembangan teknologi dan melakukan penelitian – penelitian, yang hasilnya bisa bermanfaat bagi umat. Semua fasilitas dan dana pendidikan tersedia dengan lengkap dan gratis sebab negara menanggungnya. Sehingga akan muncul ilmuwan – ilmuwan yang unggul dari generasi Islam.

Demikianlah sistem pendidikan Islam, betapa begitu komplit dan solutif dalam mengatur segala aspek kehidupan. Memang hanya dengan islam lah permasalahan umat tertuntaskan.
Wahullua’lam bishowab

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

iklan DPRD iklan caleg

Populer

More like this
Related

DISIPLIN POSITIF MULAI DARI RUMAH HINGGA KE SEKOLAH

Penulis : Nasruddin, S.HI - Mahasiswa Program Pascasarjana Manajemen...

PERAN GURU UNTUK SISWA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI

Oleh : Riska Harmelia – Mahasiswa Semester III Pendidikan...

Problem Based Blended Learning sebagai Bentuk Implementasi Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Oleh : Fahmi Yahya - Dosen Pendidikan Fisika Universitas Samawa, Mahasiswa...

PARADIGMA PENDIDIKAN PROGRESIF PROFETIK SEBAGAI PILAR PENDIDIKAN BERPENCIRI DALAM MENGHADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN GLOBAL

OLEH: SYAIFULLAH, S.Ag - Mahasiswa Program Pascasarjan Manajemen Inovasi...